Diberdayakan oleh Blogger.

Selasa, 29 Januari 2013

Kromatografi

     Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan campuran yang didasarkan atas perbedaan distribusi dari komponen-komponen campuran yang ada di dalam  sampel di antara dua fase, yakni fase diam (padat atau cair) dan fase gerak. Ada banyak macam-macam kromatografi tapi disini saya akan menjelaskan empat macam kromatografi saja, yaitu kromatografi gas, kromatografi cair Kinerja Tinggi, kromatografi kertas, dan kromatografi lapis tipis.

      1.       Kromatografi Gas
a.         Pengertian
Kromatografi Gas adalah proses pemisahan campuran menjadi komponen-komponennya dengan menggunakan gas sebagai fase bergerak yang melewati suatu lapisan serapan (sorben) yang diam.
b.         Prinsip Kromatografi Gas
Kromatografi gas mempunyai prinsip sama dengan kromatografi lainnya, tapi memiliki beberapa perbedaan misalnya proses pemisahan campuran dilakukan antara stasionary fase cair dan gas fase gerak dan pada oven temperatur gas dapat dikontrol sedangkan pada kromatografi kolom hanya pada tahap fase cair dan temperatur tidak dimiliki.
c.          Alat Kromatografi Gas
1)    Fase Mobil (Gas Pembawa)
2)    Sistem Injeksi Sampel
3)    Kolom
4)    Detektor
5)    Pencatat (Recorder)
d.         Cara Kerja
1)    Gas di dalam silinder baja gialirkan melalui kolom yang berisi fasa diam.
2)    Cuplikan disuntikan pada aliran gas.
3)    Cuplikan dibawa oleh gas pembawa menuju kolom di sana terjadi proses pemisahan.
4)    Komponen yang sudah terpisah meninggakan kolom.
5)   Suatu detektor yang sudah dileyakkan di ujung kolom digunakan untuk mendeteksi jenismaupun jumlah tiap komponen.
6)    Hasil pendeteksi direkam oleh detektor yang disebut kromatogram, yang terdiri dari beberapa peak.
e.         Kelebihan
1)    Waktu analisis yang singkat dan ketajaman pemisahan yang tinggi.
2)    Dapat menggunakan kolom lebih panjang untuk menghasilkan efisiensi pemisahan yang tinggi.
3)    Gas mempunyai vikositas yang rendah.
4)    Kesetimbangan partisi antara gas dan cairan berlangsung cepat sehingga analisis relatif cepat dan sensitifitasnya tinggi.
5)    Pemakaian fase cair memungkinkan kita memilih dari sejumlah fase diam yang sangat beragam yang akan memisahkan hampir segala macam campuran.
f.          Kekurangan
1)    Teknik Kromatografi gas terbatas untuk zat yang mudah menguap.
2)    Kromatografi gas tidak mudah dipakai untuk memisahkan campuran dalam jumlah besar. Pemisahan pada tingkat mg mudah dilakukan, pemisahan pada tingkat gram mungkin dilakukan, tetapi pemisahan dalam tingkat pon atau ton sukar dilakukan kecuali jika ada metode lain.
3)    Fase gas dibandingkan sebagian besar fase cair tidak bersifat reaktif terhadap fase diam dan zat terlarut.
      2.       Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
a.         Pengertian
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi merupakan salah satu metode kimia dan fisikokimia. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi termasuk metode analisis terbaru yaitu suatu teknik kromatografi dengan fasa gerak cairan dan fasa diam cairan atau padat.
b.         Prinsip Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
1)    Fasa gerak cair dialirkan melalui  kolom ke detektor dengan bantuan pompa.
2)    Sempel dimasukkan ke dalam fase gerak .
3)    Di dalam kolom terjadi pemisahan komponen campuran berdasarkan kekuatan interaksi solut dengan fasa diam. Solut yang berinteraksi lemah akan keluar lebih dulu .
4)    Setiap komponen yang keluar akan dideteksi oleh detektor lalu direkam dalam bentuk kromatogram.
c.          Alat Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
1)    Tempat Pelarut
2)    Pompa
3)    Tempat Injeksi Sampel
4)    Kolom
5)    Detektor
6)    Rekorder
d.         Cara Kerja
1)    Mula-mula solven diambil melalui pompa.
2)    Solven ini dikemudian masuk ke dalam katup injeksi berbutar, yang dipasang tepat pada sampel loop.
3)    Sampel dimasukan ke dalam sampel loop yang kemudian bersama-sama dengan solven masuk kedalam kolom.
4)     Hasil pemisahan dideteksi oleh detektor, yang penampakannya ditunjukan oleh perekam (pencatat = recorder).
e.         Kelebihan
1)    Cepat
2)    Kolom dapat digunakan kembali
3)    Ideal untuk zat bermolekul besar dan berionik
4)    Mudah rekoveri sampel
f.          Kekurangan
1)    Memerlukan biaya yang banyak untuk proses pemisahannya
2)    Memerlukan orang yang trampil dalam pemisahannya
      3.       Kromatografi Kertas
a.         Pengertian
Kromatografi Kertas adalah teknik metode analisis untuk memisahkan dan mengidentifikasi campuran yang bisa berwarna (terutama pigmen) yang terdiri dari dua fasa yaitu fasa diam dan fasa gerak.
b.         Prinsip Kromatografi Kertas
Pelarut bergerak lambat pada kertas, komponen-komponen  bergerak pada laju yang berbeda dan campuran dipisahkan berdasarkan pada perbedaan bercak warna.
c.          Alat dan Bahan
                                   i.          Alat
1)   Bejana dan penutupnya
2)   Penggaris
3)   Pipa Kapiler
4)   Pensil atau Ballpoint
5)   Gunting
6)   Penjepit Kertas
                                 ii.          Bahan
1)   Kertas Saring
2)   Noda (bisa berupa spidol, stabilo, dan zat warna lainnya)
3)   Pelarut yang cocok dengan noda
d.         Cara Kerja
1)    Potong kertas saring menjadi berbentuk persegi panjang (ukuran terserah kalian yang penting bisa masuk ke dalam bejana, jangan terlalu besar dan jangan terlalu kecil).
2)    Garis ujung kertas bagian bawah (minimal jarak dari ujung kertas 1 cm untuk mencegah kontak langsung dengan pelarut).
3)    Tetesi noda pada garis pembatas pada kertas.
4)    Masukkan kertas yang sudah ditetesi noda tadi kedalam bejana yang sebelumnya sudah diberi pelarut.
5)    Tunggu hingga beberapa menit sampai proses penyerapan selesai.
6)    Setelah itu kertas dikeringkan.
7)    Ukur jarak yang ditempuh pelarut dan komponen noda yang dipisahkan dan hitung nilai Rf noda tersebut.
      4.       Kromatografi Lapis Tipis
a.         Pengertian
Kromatografi Lapis Tipis adalah suatu teknik pemisahan yang sederhana dan banyak digunakan. Metode ini menggunakan lempeng kaca atau lembaran plastik yang ditutupi penyerap untuk lapisan tipis dan kering bentuk silika gel, alomina, selulosa dan polianida.
b.         Prinsip Kromatografi Lapis Tipis
1)    memisahkan sampel berdasarkan perbedaan kepolaran antara sampel dengan pelarut yang digunakan.
2)    kromatografi lapis tipis memiliki fase diam berupa sebuah lapis tipis silika atau alumina dan fase gerak pelarut atau campuran pelarut (eluen) yang sesuai.
c.          Alat
1)    Silika Gel (fase diam) dan Pewarna (fase gerak)
2)    Gelas kimia atau bejana
3)    Lempengan
4)    pensil
d.         Cara Kerja
1)    Kita siapkan alat.
2)    Gambar sebuah garis menggunakan pensil pada bagian bawah lempengan (jarak garis dari ujung lempengan berkisar antara 1-2cm).
3)    Teteskan pelarut dari campuran pewarna pada garis lempengan.
4)    Masukkan lempengan pada gelas kimia (jangan sampai terkena pelarut).
5)    Komponen yang berbeda dari campuran pewarna akan bergerak pada kecepatan yang berbeda dan akan tampak sebagai perbedaan bercak warna.

e.         Kegunaan
1)    Untuk penentuan jumlah komponen dalam campuran.
2)    Untuk penentuan identitas antara dua  campuran.
3)    Untuk memonitor perkembangan reaksi.
4)    Untuk penentuan keefektifan pemurnian.
5)    Untuk penentuan kondisi yang sesuai untuk pemisahan pada kromatografi kolom.
6)    Untuk memonitor kromatografi kolom .

Spektrofotometri

A.      Pengertian
Spektrofotometri merupakan salah satu metode dalam kimia analisis yang digunakan untuk menentukan komposisi suatu sampel baik secara kuantitatif dan kualitatif yang didasarkan pada interaksi antara materi dengan cahaya. Cahaya yang dimaksud dapat berupa cahaya visibel, UV dan inframerah, sedangkan materi dapat berupa atom dan molekul namun yang lebih berperan adalah elektron valensi.

           B.      Komponen Utama Spektrofotometri
1.    Sumber Cahaya
2.    Pengatur Intensitas
3.    Monokromator
4.    Kuvet
5.    Detektor
6.    Penguat (amplifier)

           C.      Hukum Lambert-Beer
           Berdasarkan hukum Lambert-Beer, rumus yang digunakan untuk menghitung
           banyaknya cahaya yang dihamburkan:
 
           Dan absorbansi dinyatakan dengan rumus:

           Dimana I0 merupakan intensitas cahaya datang dan It atau I1 adalah intensitas
           cahaya setelah melewati sampel.
           Rumus yang diturunkan dari Hukum Beer dapat ditulis sebagai: 
           Dimana:
           A = Absorbansi
           a = Tetapan absorbtivitas (jika konsentrasi larutan yang diukur dalam ppm)
           c = Konsentrasi larutan yang diukur
           ε = Tetapan absorbtivitas molar (jika konsentrasi larutan yang diukur dalam
                 ppm)
           b atau terkadang digunakan l = Tebal larutan (tebal kuvet diperhitungkan juga
                                                             umumnya 1cm)

           Secara eksperimen hukum Lambert-beer akan terpenuhi apabila peralatan
           yang digunakan memenuhi kriteria-kriteria berikut:
1.    Sinar yang masuk atau sinar yang mengenai sel sampel berupa sinar dengan dengan panjang gelombang tunggal (monokromatis).
2.    Penyerapan sinar oleh suatu molekul yang ada di dalam larutan tidak dipengaruhi oleh molekul yang lain yang ada bersama dalam satu larutan.
3.    Penyerapan terjadi di dalam volume larutan yang luas penampang (tebal kuvet) yang sama.
4.    Penyerapan tidak menghasilkan pemancaran sinar pendafluor. Artinya larutan yang diukur harus benar-benar jernih agar tidak terjadi hamburan cahaya oleh partikel-partikel koloid atau suspensi yang ada di dalam larutan.
5.    Konsentrasi analit rendah. Karena apabila konsentrasi tinggi akan menggangu kelinearan grafik absorbansi versus konsntrasi.

           D.      Jenis-jenis Spektrofotometri Berdasarkan Sumber Cahaya Yang Digunakan
1.    Spektrofotometri Visible (Spektro Vis)
Pada spektrofotometri ini yang digunakan sebagai sumber sinar/energi adalah cahaya tampak (visible). Cahaya visible termasuk spektrum elektromagnetik yang dapat ditangkap oleh mata manusia. Panjang gelombang sinar tampak adalah 380 sampai 750 nm. Sehingga semua sinar yang dapat dilihat oleh kita, entah itu putih, merah, biru, hijau, apapun, selama ia dapat dilihat oleh mata, maka sinar tersebut termasuk ke dalam sinar tampak (visible).
Sumber sinar tampak yang umumnya dipakai pada spektro visible adalah lampu Tungsten. Tungsten yang dikenal juga dengan nama Wolfram merupakan unsur kimia dengan simbol W dan no atom 74. Tungsten mempunyai titik didih yang tertinggi (3422 ºC) dibanding logam lainnya. karena sifat inilah maka ia digunakan sebagai sumber lampu.
Sampel yang dapat dianalisa dengan metode ini hanya sample yang memiliki warna. Hal ini menjadi kelemahan tersendiri dari metode spektrofotometri visible. Oleh karena itu, untuk sample yang tidak memiliki warna harus terlebih dulu dibuat berwarna dengan menggunakan reagent spesifik yang akan menghasilkan senyawa berwarna. Reagent yang digunakan harus betul-betul spesifik hanya bereaksi dengan analat yang akan dianalisa. Selain itu juga produk senyawa berwarna yang dihasilkan harus benar-benar stabil. Salah satu contohnya adalah pada analisa kadar protein terlarut (soluble protein). Protein terlarut dalam larutan tidak memiliki warna. Oleh karena itu, larutan ini harus dibuat berwarna agar dapat dianalisa. Reagent yang biasa digunakan adalah reagent Folin. Saat protein terlarut direaksikan dengan Folin dalam suasana sedikit basa, ikatan peptide pada protein akan membentuk senyawa kompleks yang berwarna biru yang dapat dideteksi pada panjang gelombang sekitar 578 nm. Semakin tinggi intensitas warna biru menandakan banyaknya senyawa kompleks yang terbentuk yang berarti semakin besar konsentrasi protein terlarut dalam sample.
2.    Spektrofotometri Ultraviolet (UV)
Berbeda dengan spektrofotometri visible, pada spektrofotometri UV berdasarkan interaksi sample dengan sinar UV. Sinar UV memiliki panjang gelombang 190-380nm. Sebagai sumber sinar dapat digunakan lampu deuterium. Deuterium disebut juga heavy hidrogen. Dia merupakan isotop hidrogen yang stabil yang terdapat berlimpah di laut dan daratan. Inti atom deuterium mempunyai satu proton dan satu neutron, sementara hidrogen hanya memiliki satu proton dan tidak memiliki neutron. Nama deuterium diambil dari bahasa Yunani, deuteros, yang berarti ‘dua’, mengacu pada intinya yang memiliki dua pertikel.
Karena sinar UV tidak dapat dideteksi oleh mata kita, maka senyawa yang dapat menyerap sinar ini terkadang merupakan senyawa yang tidak memiliki warna. Bening dan transparan. Oleh karena itu, sample tidak berwarna tidak perlu dibuat berwarna dengan penambahan reagent tertentu. Bahkan sample dapat langsung dianalisa meskipun tanpa preparasi. Namun perlu diingat, sample keruh tetap harus dibuat jernih dengan filtrasi atau centrifugasi. Prinsip dasar pada spektrofotometri adalah sample harus jernih dan larut sempurna. Tidak ada partikel koloid apalagi suspensi. Sebagai contoh pada analisa protein terlarut (soluble protein). Jika menggunakan spektrofotometri visible, sample terlebih dulu dibuat berwarna dengan reagent Folin, maka bila menggunakan spektrofotometri UV, sample dapat langsung dianalisa. Ikatan peptide pada protein terlarut akan menyerap sinar UV pada panjang gelombang sekitar 280 nm. Sehingga semakin banyak sinar yang diserap sample (Absorbansi tinggi), maka konsentrasi protein terlarut semakin besar.
Spektrofotometri UV memang lebih simple dan mudah dibanding spektrofotometri visible, terutama pada bagian preparasi sample. Namun harus hati-hati juga, karena banyak kemungkinan terjadi interferensi dari senyawa lain selain analat yang juga menyerap pada panjang gelombang UV. Hal ini berpotensi menimbulkan bias pada hasil analisa.
3.    Spektrofotometri UV-VIS
Spektrofotometri ini merupakan gabungan antara spektrofotometri UV dan Visible. Menggunakan dua buah sumber cahaya berbeda, sumber cahaya UV dan sumber cahaya visible. Meskipun untuk alat yang lebih canggih sudah menggunakan hanya satu sumber sinar sebagai sumber UV dan Vis, yaitu photodiode yang dilengkapi dengan monokromator.
Untuk sistem spektrofotometri, UV-Vis paling banyak tersedia dan paling populer digunakan. Kemudahan metode ini adalah dapat digunakan baik untuk sample berwarna juga untuk sample tak berwarna.
4.    Spektrofotometri Infra Red (IR)
Dari namanya sudah bisa dimengerti bahwa spektrofotometri ini berdasar pada penyerapan panjang gelombang infra merah. Cahaya infra merah terbagi menjadi infra merah dekat, pertengahan, dan jauh. Infra merah pada spektrofotometri adalah infra merah jauh dan pertengahan yang mempunyai panjang gelombang 2.5-1000μm.
Pada spektro IR meskipun bisa digunakan untuk analisa kuantitatif, namun biasanya lebih kepada analisa kualitatif. Umumnya spektro IR digunakan untuk mengidentifikasi gugus fungsi pada suatu senyawa, terutama senyawa organik. Setiap serapan pada panjang gelombang tertentu menggambarkan adanya suatu gugus fungsi spesifik.
Hasil analisa biasanya berupa signal kromatogram hubungan intensitas IR terhadap panjang gelombang. Untuk identifikasi, signal sample akan dibandingkan dengan signal standard. Perlu juga diketahui bahwa sample untuk metode ini harus dalam bentuk murni. Karena bila tidak, gangguan dari gugus fungsi kontaminan akan mengganggu signal kurva yang diperoleh.
Terdapat juga satu jenis spektrofotometri IR lainnya yang berdasar pada penyerapan sinar IR pendek. Spektrofotometri ini di sebut Near Infrared Spectropgotometry (NIR). Aplikasi NIR banyak digunakan pada industri pakan dan pangan guna analisa bahan baku yang bersifat rutin dan cepat.
           Dari 4 jenis spektrofotometri ini (UV, Vis, UV-Vis dan Ir) memiliki prinsip kerja
           yang sama yaitu “adanya interaksi antara materi dengan cahaya yang
           memiliki panjang gelombang tertentu”. Perbedaannya terletak pada panjang
           gelombang yang digunakan.

           E.       Fungsi Masing-masing Alat
1.    Sumber sinar polikromatis berfungsi sebagai sumber sinar polikromatis dengan berbagai macam rentang panjang gelombang. Untuk spektrofotometer:
a.    UV menggunakan lampu deuterium atau disebut juga heavi hidrogen
b.    VIS menggunakan lampu tungsten yang sering disebut lampu wolfram
c.     UV-VIS menggunan photodiode yang telah dilengkapi monokromator.
d.    Infra merah, lampu pada panjang gelombang IR.
2.    Monokromator berfungsi sebagai penyeleksi panjang gelombang yaitu mengubah cahaya yang berasal dari sumber sinar polikromatis menjadi cahaya monaokromatis. Jenis monokromator yang saat ini banyak digunakan adalah gratting atau lensa prisma dan filter optik. Jika digunakan grating maka cahaya akan dirubah menjadi spektrum cahaya. Sedangkan filter optik berupa lensa berwarna sehingga cahaya yang diteruskan sesuai dengan warnya lensa yang dikenai cahaya. Ada banyak lensa warna dalam satu alat yang digunakan sesuai dengan jenis pemeriksaan.
3.    Sel sampel berfungsi sebagai tempat meletakan sampel.
a.    UV, VIS dan UV-VIS menggunakan kuvet sebagai tempat sampel. Kuvet biasanya terbuat dari kuarsa atau gelas, namun kuvet dari kuarsa yang terbuat dari silika memiliki kualitas yang lebih baik. Hal ini disebabkan yang terbuat dari kaca dan plastik dapat menyerap UV sehingga penggunaannya hanya pada spektrofotometer sinar tampak (VIS). Cuvet biasanya berbentuk persegi panjang dengan lebar 1 cm.
b.    IR, untuk sampel cair dan padat (dalam bentuk pasta) biasanya dioleskan pada dua lempeng natrium klorida. Untuk sampel dalam bentuk larutan dimasukan ke dalam sel natrium klorida. Sel ini akan dipecahkan untuk mengambil kembali larutan yang dianalisis, jika sampel yang dimiliki sangat sedikit dan harganya mahal.
4.    Detektor berfungsi menangkap cahaya yang diteruskan dari sampel dan mengubahnya menjadi arus listrik. Syarat-syarat sebuah detektor :
a.    Kepekaan yang tinggi
b.    Perbandingan isyarat atau signal dengan bising tinggi
c.     Respon konstan pada berbagai panjang gelombang
d.    Waktu respon cepat dan signal minimum tanpa radiasi
e.    Signal listrik yang dihasilkan harus sebanding dengan tenaga radiasi
Macam-macam detektor:
a.    Detektor foto (Photo detector)
b.    Photocell, misalnya CdS
c.     Phototube
d.    Hantaran foto
e.    Dioda foto
f.     Detektor panas
5.    Read out merupakan suatu sistem baca yang menangkap besarnya isyarat listrik yang berasal dari detektor.

           F.       Cara Kerja
1.    Sumber cahaya polikromatis masuk ke dalam monokromator (disini terjadi penyebaran cahaya)
2.    Dari monokromator kemudian keluar menuju ke sel sampel,  pada sel sampel ini terjadi proses penyerapan cahaya oleh zat yang ada dalam sel sampel (dimana cahaya yang masuk lebih terang dibandingkan cahaya setelah keluar)
3.    Selanjutnya cahaya ditangkap oleh detektor dan mengubahnya menjadi arus listrik
cara kerja spektrofotometri

Asam Karboksilat

    A.      Pengertian
Asam Karboksilat merupakan senyawa karbon yang mengandung gugus fungsi karboksil -COOH yang terikat ke suatu gugus alkil R. Gugus -COOH bersifat kompleks karena terdiri dari suatu gugus hidroksil -OH seperti halnya alkohol dan gugus krbonil -CO- seperti aldehida dan keton. Asam Karboksilat yang dianggap berasal dari senyawa alkana disebut asam alkanoat . Asam alkanoat dapat mengandung lebih dari satu gugus -COOH, yakni asam alkanadioat yang mengandung 2 gugus -COOH, asam alkanatrioat yang mengandung 3 gugus -COOH dan sebagainya.
Asam karboksilat dan alkil alkanoat memiliki rumus molekul sama yaitu CnH2nO2, tetapi memiliki gugus fungsi berbeda. Rumus umum asam karboksilat: R-COOH.

B.      Tata Nama Asam Karboksilat
Ø Menurut IUPAC
Mengikuti nama alkananya dengan menambahkan nama asam di
depannya dan mengganti akhiran “ ana “ pada alkana dengan akiran “ anoat “ pada
asam Alkanoat.
1.    Rantai utama adalah rantai yang paling panjang yang mengandung gugus fungsi COOH. Nama alkanoat sesuai dengan rantai pokok diberi ahkiran ‘’oat’’.
2.    Penomoran dimulai dari gugus fungsi.
3.    Penulisan nama dimulai dari nama cabang  atau gugus lain, disusun berdasarkan alfabet kemudian dilanjutkan rantai pokok.
Ø Menurut Trivial
Penamaan yang didasarkan dari sumber penghasilnya.
Contoh Penamaan Asam Karboksilat:
penamaan asam karboksilat
Ø Untuk gugus karboksil yang terikat langsung pada gugus siklik, penataan nama dimulai dari nama senyawa siklik diakhiri dengan nama karboksilat.
Contoh:
Ø Tabel penataan nama asam karboksilat
tabel penataan asam karboksilat

C.      Isomer Asam Karboksilat
Asam karboksilat tidak memiliki isomer posisi karena gugus fungsi di ujung rantai C. Oleh   karena  asam karboksilat memiliki isomer struktur, yang dimulai dari asam butanoat. Isomer struktur dari C4H9COOH ada 2, yaitu:

D.      Sifat-sifat Asam Karboksilat
1.    Asam alkanoat yang mengandung C1 sampai C4 berbentuk cairan encer dan larut sempurna dalam air.
2.    Asam alkanoat dengan atom C5 sampai C9 berbentuk cairan kental dan sedikit larut dalam air.
3.    Asam alkanoat suku tinggi dengan C10 atau lebih berbentuk padatan yang sukar larut dalam air.
4.    Titk didih dan titik lelehnya tinggi, karena antara molekul terdapat ikatan hidrogen.
5.    Titik didih asam alkanoat lebih tinggi dibandingkan titik didih alkohol yang memiliki jumlah atom C yang sama.
             
6.    Asam alkanoat pada umumnya merupakan asam lemah. Semakin panjang rantai karbonnya semakin lemah sifat asamnya. Contoh:
HCOOH Ka = 1,0 . 10–4
CH3COOH Ka = 1,8 . 10–5

CH3CH2COOH Ka = 1,3 . 10–5
7.    Makin panjang rantai karbon, makin berkurang kepolarannya akibatnya kelarutan di dalam air juga berkurang.

E.       Reaksi Pada Asam Karboksilat
1.    Reaksi Penetralan
Asam karboksilat direaksikan dengan basa membentuk garam dan air.
2.    Reaksi Pengesteran (Esterifikasi)
Asam karboksilat bereaksi dengan alkohol membentuk ester.
3.    Reaksi Reduksi
a.    Reaksi reduksi dengan larutan fehling membentuk endapan merah bata.
b.    Reaksi reduksi dengan larutan Tollens membentuk cermin perak.
4.    Reaksi Substitusi
Reaksi dengan halida (PX3, PX5, dan SOX2) akan menghasilkan suatu asilhalida.
5.    Reaksi Oksidasi
Reaksi terjadi pada pembakaran atau oleh reagen yang sangat kokoh dan kuat seperti asam sulfat, CrO3, panas. Gugus asam karboksilat teroksidasi sangat lambat.

F.       Kegunaan Asam Karboksilat
1.    Asam format (asam metanoat) yang juga dikenal asam semut biasa digunakan untuk menggumpalkan lateks (getah karet) dan obat pembasmi hama.
2.    Asam asetat atau asam etanoat (asam cuka) banyak digunakan untuk pengawet makanan dan penambah rasa makanan .
3.    Asam sitrat biasanya digunakan untuk pengawet buah dalam kaleng .
4.    Asam stearat digunakan untuk membuat lilin.

G.     Daftar Pustaka